Ilustrasi |
Oleh : Fahmi Idris
A.
MENGENAL ABU
BAKAR ASH SHIDDIQ
Sebelum
membahas peristiwa pembaitan Abu bakar sebagai Khalifah pertama umat Islam
sepeninggal Rasulullah Saw. maka kita haruslah terlebih dahulu mengenal sosok Abu bakar. Mulai dari pribadi beliau
sebelum Islam dan setelah Islam. Bagaimana perjuangan dan pengorbanan serta
kesetiaan beliau terhadap Islam dan Nabi Muhammad Saw. sehingga sampai umat islam pun
membaiat beliu menjadi khalifah. Dan juga dalam sejarah
perjuangan sahabat yang mulia ini akan banyak
kita temukan berbagai macam pelajaran dan hikmah yang amat sangat
berharga bagi setiap pribadi muslim.
1.
ABU BAKAR ASH
SHIDDIQ SEBELUM ISLAM
Sosok
Abu Bakar As Shiddiq dikenal sebagai shahabat dekat Rasulullah, dan merupakan
orang yang paling dicintai oleh Rasulullah SAW. beliau menjadi orang yang
sangat berjasa besar dalam penyebaran risalah Islam.lalu siapakah sebanarnya
Abu Bakar ini?
Adapun
nama aslinya adalah Abdullah bin Utsman bin ‘Amir bin Amru bin Ka’ab bin Saad
bin Taim bin Murrah bin Ka'ab bin Lu'ay bin Ghalib al-Quraishi at-Taimi.
Bertemu nasabnya dengan nabi SAW pada kakeknya Murrah bin Ka'ab bin Lu'ai.
Ayahnya Abu Qahafah baru masuk Islam pada peristiwa Fathu Makkah. Adapun ibu
beliau adalah Ummu al-Khair salma binti Shakhr bin Amir bin Ka'ab bin Sa'ad bin
Taim yang berarti ayah dan ibunya sama-sama dari kabilah bani Taim.
Ummu al-Khair masuk Islam di awal kemunculan Islam.
Abu
Bakar adalah ayah dari ‘Aisyah
RA, istri Nabi Muhammad. Awalnya
nama beliau adalah Abdul Ka'bah (artinya 'hamba Ka'bah'), yang
kemudian diubah oleh Nabi Muhammad Saw. menjadi Abdullah (artinya 'hamba
Allah'). Adapun gelar Abu bakar adalah karena beliau adalah laki-laki pertama
yang masuk Islam, yang kemudian mendapat gelar Ash-Shiddiq (artinya 'yang
berkata benar') karena beliau adalah orang yang selalu meyakini dan
memebenarkan setiap yang disampaikan Rasulullah Saw. Terutama setelah Abu Bakar
menjadi orang pertama yang langsung membenarkan peristiwa Isra Mi’raj, sehingga
jadilah nama beliau sebagaimana kita kenal saat ini "Abu Bakar Ash-Shiddiq".
Abu
Bakar dilahirkan setelah tahun Gajah, maka beliau lebih muda dari Rasulullah
karena Rosul dilahirkan di tahun Gajah. Tetapi para ulama bersilang pendapat
mengenai jarak waktu antara tahun gajah denga
waktu kelahiran beliau. Diantara ulama ada yang berpendapat bahwa beliau
dilahirkan 3 tahun selepas tahun Gajah, ada yang mengatakan 2 tahun 6 bulan, ada yang berpendapat 2 tahun beberapa bulan tanpa
menetapkan jumlah bulannya.
Beliau
hidup dalam lingkungan keluarga yang baik dan mulia di antara kaumnya. Bahkan
Abu Bakar temasuk salah satu pembesar Quraisy dari Bani Taim. Dia menjadi orang
yang mulia dan terkemuka di kaumnya. Bahkan sebelum Islam Abu Bakar terkenal
sebagai orang yang mampu menjaga diri dari perilaku perilaku jahiliyah seperti
minum khamr, zina, dan bahkan diriwayatkan bahwa beliau termasuk orang yang
tidak pernah bersujud kepada berhala.[1]
Dalam
hal keilmuan pun Abu Bakar terkenal seorang ahli nasab[2]. Dia
bahkan menjadi rujukan dan guru para ahli nasab di zamannya seperti ‘Uqail bin
Abi Thalib dan yang lainnya. Dan Rasulullah pernah bersabda mengenai hal ini
dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah R.A.
“Sesungguhnya Abu Bakar adalah
orang Quraisy yang paling mengetahui nasab-nasab mereka.”
Beliau juga terkenal sebagai
saudagar kaya yang sering berdagang ke negeri Syam. Beliau menjadi sahabat Rasulullah
sejak dari kecil hingga dewasa, bahkan dalam dunia perdagangan saat Rasulullah menjadi
pedagang.
2. ABU BAKAR AS SHIDDIQ SETELAH MASUK ISLAM.
Abu Bakar termasuk orang yang
menjaga diri di masa jahiliyah. Dia tidak pernah bersujud kepada berhala dan bahkan berusaha mencari agama yang benar dan sesuai dengan
fitrah yang suci. Dengan profesinya sebagai pedagang, beliau sering melakukan
perjalan jauh ke berbagai wilayah. Dalam perjalananya inilah beliau selalu
berhubungan dengan penganut berbagai agama demi mencari agama yang paling benar
sesuai fitrah manusia. Maka banyak penulis yang sering menuliskan bahwa
keimanan Abu Bakar lahir dari perjalanan perncariannya terhadap agama yang lurus sesuai fitrah.
Dikisahkan pula bahwa beliau sering berbincang dengan
orang-orang yang masih berpegang pada ajaran tauhid semisal Waraqah bin Naufal
dkk. Abu Bakar pernah bercerita bahwa ketika dia duduk di sekitar Ka’bah, saat
itu ‘Amru bin Nufail juga sedang duduk. Kemudian lewatlah Umayyah ibnu Abi As
Shalt dan bertanya: “Bagaimana kabarmu wahai pencari kebaikan?” (maksudnya
pencarian agama yang benar) lalu beliau menjawab: “Baik” maka Ibnu Abi Shalt
pun bertanya kembali: “Apa kamu sudah menemukannya?” dan beliau pun menjawab:
“Belum”[4]
a. Sampainya Dakwah kepada Abu Bakar Ash Shiddiq.
Abu Bakar merupakan orang yang
sangat dekat dan memiliki hubungan yang kuat dengan Rasulullah Muhammad Saw. di
masa jahiliyah. Maka ketika Rasulullah mengajaknya kepada Islam Abu Bakar adalah satu-satunya orang yang
langsung menerima Islam tanpa sedikitpun keraguan. Adapun kisah keIslaman
beliau adalah sebagai berikut:
ثم إن أبا بكر الصدِّيق لقي رسول الله
فقال: «أحق ما تقول قريش يا محمد؟ مِن تركك آلهتنا، وتسفيهك عقولنا،
وتكفيرك آبائنا؟»، فقال رسول الله : «بلى،
إني رسول الله ونبيه، بعثني لأبلغ رسالته وأدعوك إلى الله بالحق، فوالله إنه للحق،
أدعوك يا أبا بكر إلى الله وحده لا شريك له، ولا تعبد غيره، والموالاة على طاعته»،
وقرأ عليه القرآن، فلم يقر ولم ينكر، فأسلم وكفر بالأصنام، وخلع الأنداد وأقر بحق
الإسلام، ورجع أبو بكر وهو مؤمن مصدق
“Kemudian Abu Bakar menemui Rasulullah Saw. seraya
bertanya: “Apakah benar yang dikatakan oleh kaum Quraisy wahai Muhammad? Bahwa
engkau telah meninggalkan tuhan-tuhan kami, membodohkan akal kami, dan
mengkafirkan orang tua kami?” Rasulullah menjawab: “Benar, sesungguhnya aku
adalah utusan Allah dan nabiNya, Allah mengutusku untuk menyampaikan
risalahNyadan mengajakmu menunju Allah dengan benar. Demi Allah ini adalah
risalah yang benar. Aku mengajakmu wahai Abu Bakar kepada Allah yang Maha Esa
tiada sekutu bagiNya, dan janganlah engkau menyembah selainNya dan agar selalu
setia dalam ketaatan kepadaNya.” Kemudian Rosul membacakan Al-Quran dan Abu
Bakar tidak mengakui dan tidak pula
mengingkari. Kemudian dia masuk Islam dan mengingkari berhala, menanggalkan
sekutu-sekutu Allah dan mengakui kebenaran Islam. Dan Abu Bakar pun pulang
dalam keadaan sebagai seorang mukmin yang membenarkan.”
Ibnu Katsir dalam al-Bidâyah wa Nihâyah menyebutkan beberapa riwayat
yang mengatakan bahwa Abu Bakar adalah orang pertama yang masuk Islam dari
kalangan laki-laki. Beliau juga merupakan orang yang pertama kali shalat
bersama Nabi Saw.
b. Perannya setelah masuk Islam
Setelah menyatakan dirinya masuk Islam, Abu bakar menjadi orang yang sangat besar peranannya dalam penyebaran risalah dan dakwah Islam. Banyak dari sahabat-sahabat besar
yang masuk Islam melalui Abu Bakar Ah Shiddiq. Diantaranya adalah Zubaeir bin
Awwam, Utsman bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah, Saad bin Abi Waqash, Utsman
bin Math’un, Abi Ubaidah bin Jarah, Abi salamah bin Abdul Asad, Al Arqam ibnu
Abi’l Arqam. Abu Bakar juga mengajak keluarganya untk memeluk Islam dan
berhasil mengIslamkan putrinya Aisyah dan Asma’, putranya Abdullah, Istrinya
Ummu Rumman, juga pembantunya Amir bin Qahirah.
Abu Bakar menjadi pendamping Rasulullah
dalam perjalanan dakwah beliau. Abu Bakar belajar bahwa Islam adalah amal,
dakwah dan jihad. Keimanan baginya tak hanya cukup dengan sekedar percaya
belaka, namun lebih dari itukeimanan takkan pernah sempurna sehingga seorang
muslim menyerahkan dirinya sepenuhnya kepada Allah SWT
162. “Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku,
ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.”
163. “Tiada sekutu bagiNya; dan demikian Itulah
yang diperintahkan kepadaku dan Aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan
diri (kepada Allah)".[5]
Dan
Abu Bakar pun menjadi sahabat Rasulullah yang berperan sangat
besar dalam penyebaran risalah Islam. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan
oleh ‘Aisyah RA. Bahwa ketika umat Islam masih berjumlah 38 orang, Abu Bakar
mendesak Rasulullah agar umat Islam tidak lagi menyembunyikan keIslamannya.
Meski Rasul sendiri awalnya menolak usulan ini, namun Abu
Bakar terus mendesak hingga Rosul pun menerima usulan ini. kemudian ketika
berada di Masjidil Haram Abu Bakar pun berpidato sedang Rasulullah duduk. Maka dari itu Abu Bakar adalah
orang yang pertama kali berpidato mengajak kepada Islam. Ketika itu orang-orang
musyrik segera mengeroyok beliau hingga beliau pun babak belur, tapi beruntung
Bani Taim segera datang dan menyelamatkannya dari amukan kaum musyrikin. Ketiak
itu bani Taim yang melihat luka-luka Abu Bakar yang parah menghawatirkan kalau
Abu Bakar akan meninggal. Sehingga mereka kembali ke Masjid
dan memberikan pengumuman bahwa kalau sampai Abu Bakar meninggal maka mereka
akan membunuh Uqbah bin Rabi’ah.
Saat
abu bakar siuman, bani Taim pun berusaha menanyainya namun Abu Bakar
terus menyanyakan bagaimana keadaan Rasulullah. Dan Ummu Khair (ibu Abu Bakar)
diminta untuk membujuknya agar mau makan. Namun ia tetap saja
terus menanyakan Nabi Muhammad Saw. karena ibunya memang tak tau menahu tentang
keadaan Rosul, maka Abu Bakar memintanya untuk menayakannya kepada Ummu Jamil
binti Khattab. Ummu Jamil pun datang menemui Abu Bakar dan mengabarkan padanya
bahwa Rasulullah selamat, baik-baik saja dan sekarang sedang berada di Darul
Arqam. Ketika itu Abu bakar pun meminta untuk menemui Rasulullah di Darul
Arqam. Rasulullah dan kaum Muslimin menyambut hangat kedatangan beliau. Saat
itulah ia meminta agar Rasulullah mengajak ibunya untuk masuk Islam dan
mendoakannya agar bisa terselamatkan dari siksa neraka. Kemudian Rosulpun
mendoakan dan mengajaknya kepada Islam. Ummu Khair pun masuk Islam.[6]
Itu hanyalah salah satiu contoh kecil dari
ribuan kisah perjuangan Abu Bakar dalam dakwah dan penyebaran Risalah Islam
bersama Rasulullah. Masih ada banyak lagi kisah-kisah perjuangan Abu Bakar
dalam membela Islam dan Rasulullah Saw. mulai dari siakpnya yang selalu membela
dan pendamping Rasulullah dari berbagai intimidasi dan hinaan kaum musyrikin,
pengorbanan beliau dalam menginfakkan hartanya di jalan Allah, membebaskan
budak muslim dari siksaan kaum musyrik, infak beliau dalam persiapan Jihad di
jalan Allah, keberaniannya dalam berbagai pertempuran dan peperangan,
perjalanan beliau menemani Rosululah dalam hijrahnya menuju Madinah yang penuh
tantangan sekaligus hikmah dan pelajaran. Dan masih
banyak lagi yang lain yang tidak bisa kesemuanya itu kami sampaikan dalam makalah
singkat ini.
Demikianlah
sejarah singkat Abu bakar Ash Shiddiq. Keteguhan beliau dalam membela dan
mendampingi Rasulullah ini menjadikan beliau menjadi orang yang paling dekat
dan dicintai oleh Riosulullah. Sehingga tak heran ketika kabar Isra’ Mi’raj
sampai kepadanya tak ada keraguan sedikitpun dalam hatinya seraya
mengtakan “Jika yang mengatakannya
adalah Nabi Muhammad maka itu pasti benar”. Tah heran ketika QS. An-Nasr turun,
beliau menjadi orang pertama yang menangis karena menyadari bahwa sahabat
dekatnya akan segera meninggalkannya menghadap sang
Khaliq. Tak heran juga jika Rasulullah pun menjadikan belaiu sebagai Imam mengantikan
Rasulullah saat terbaring sakit. Dan tak heran pula, jika umat islam pun membaiat
beliau menjadi khalifah sepeninggal Rasulullah Saw..
B. ABU BAKAR DIBAIAT MENJADI
KHALIFAH
Wafatnya
Rasulullah Saw. mengejutkan seluruh umat Islam bahkan banyak dari kalangan
shahabat yang tidak mempercayai kabar ini. sehingga banyak
yang bingung menyikapi peristiwa besar ini. banyak dari para Shahabat yang
tertunduk lesu tak mampu menegakkan kakinya, banyak yang lidahnya kelu tak bisa
berkata-kata, bahkan ada yang mengingkari hal ini dan bahkan ada pula yang
sampai mengatakan bahwa Rasulullah tidaklah meninggal, beliau hanya pergi untuk
menemui Rabbnya sebagaiman Musa AS menemui Rabbnya selama 40 hari. Bahkan umar
pun mengangkat pedangnya dan bersumpah akan menebas siapapun yang mengatakan Rasulullah
meninggal.
Bahkan Imam Qurthuby mengisahkan betapa besarnya musibah ini,
seraya menjelaskan bahwa sebesar-besar musibah adalah musibah yang menimpa
agama. Dan wafatnya Roslullah merupakan musibah besar yang menimpa agama ini. Rasulullah
bersabda:
إذا أصاب أحدكم مصيبة فليذكر مصابه بي فإنها
أعظم المصائب
“Jika salah seorang diantara kalian
tertimpa musibah maka hendaklah ia menginga musibahnya dengan musibah yang
menimpaku, sesungguhnya (musibah yang menimpaku) inilah sebesar-besarnya
musibah.”[7]
Dan sungguh benar apa yang
disabdakan oleh Rasulullah Saw. ini. karena umat Islam ketika ditinggalkan oleh beliau
mulai menghadapi musibah besar yang tiada henti. Karena dengan wafatnya Rasulullah
maka terputuslah wahyu, berakhirlah kenabian, dan merupakan awal munculnya para
nabi palsu, banyak umat Islam yanng murtad, dan ini menjadi titik kemunduran
pertama setelah sebelumnya umat Islam berhasil mencapai puncaknya.
Disinilah mulai terlihat kepiawaian Abu Bakar Ash Shidiq yang
dengan tenang mampu menghadapi musibah besar
ini. beliau segera berpidato membacakan ayat Allah menenangkan kaum
muslimin. Beliau pun mengatatkan dalam pidatonya bahwa sesungguhnya barang
siapa menyembah Nabi Muhammad Saw. maka sesungguhnya Nabi Muhammad Saw. telah
meninggal dan barang siapa menyembah Alla SWT maka sesungguhnya Allah adalah
Maha Hidup dan tak akan pernah mati, kemudian beliau membacakan QS. Ali
Imran[3]: 144
“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh Telah
berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh
kamu berbalik ke belakang (murtad)? barangsiapa yang berbalik ke belakang, Maka
ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan
memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.”
1. Pertemuan di Saqîfah Bani Sa’idah
Setelah
berita wafatnya Rasulullah menyebar, para sahabat mulai bertanya-tanya mengenai
siapakah yang akan menggantikan kepemimpinan umat Islam nantinya. Mengingat
bahwa ini merupakan masalah yang penting bagi kaum Muslimin. Maka di hari itu
pula,
berkumpullah kaum Anshar di Saqîfah atau tempat pertemuan Bani Sa’idah.
Saat kaum Muhajirin mengetahui hal ini, mereka pun segera menyusul untuk
mengikuti pertemuan ini.
Di dalam
perjalanannya menuju Saqîfah Bani Sa’idah ini Umar menceritakan bahwa
mereka bertemu dengan dua orang laki-laki shalih.[8]
Dua orang ini bertanya: “Hendak kemanakah kalian wahai kaum Muhajirin?” kami
menjawab: “Kami hendak menemui saudara-saudara kami di Saqîfah
bani Sa’idah.” Keduanya pun mengingatkan
agar kaum Muhajirin mengurungkan niatnya untuk pergi ke saqîfah ini.
Namun kami tetap bersikukuh untuk pergi kesana. Ketika sampai kami melihat
seseorang yang sedang terbaring berselimut berada dalam majlis itu. Aku (Umar)
bertanya: “Siapa ini?” mereka menjawab: “Dia adalah
Sa’ad bin Ubadah.” Setelah kami duduk sejenak salah seorang dari mereka berrpidato
dengan menyatakan akan keutamaan kaum Anshar yang telah menjadi penolong Rasulullah
dan membawa Islam menuju kemajuan seraya mengingatkan agar kaum Muhajirin tidak
mengeluarkan kaum Anshar dalam masalah khilafah. Saat itu aku telah menyiapkan
kata-kata yang menurutku paling indah untuk aku sampaikan.
Namun saat itu Abu Bakar mencegahku dan dia menyampaikan kata-kata yang jauh
lebih indah dari yang hendak kusampaikan. Kemudian ia menyampaiakan hadits nabi
tentang siapa yang berhak dalam perkara ini. Maka Kaum Anshar pun menerimanya.
Setelah Abu Bakar selesai
berpidato dalam saqîfah Bani Sa’idah dia pun mengajukan Umar dan Abu
Ubaidah sebgai Khalifah. Tapi Umar juga menolaknya dan membenci hal itu. Umr
juga mengatakan bahwa jikalau lehernya dipenggal, itu tidaklah cukup untuk
dibandingkan jika dia harus menjadi pemimpin dimana Abu Bakar ada di dalam kaum
tersebut. Maka ketika itu Umar pun membaiat Abu Bakar dan kaum Muhajirin pun
mengikutinya, kemudian kaum Anshar berikutnya.
2. Baiat ‘Ammah terhadap Abu Bakar.
Setelah
Abu Bakar mendapat baiat dalam pertemuan di saqîfah Bani Sa’idah, di
hari berikutnya umat Islam pun melaksanakan baiat Ammah terhadap Abu Bakar.
Dalam riwayat dari Annas bin Malik ia mengatakan bahwa saat itu Umar berdiri sedang
Abu Bakar duduk, dia berpidato seraya
menyebutkan keutamaan Abu bakar yang telah menjadi orang terdekat Rasulullah,
yang menemani beliau dalam gua, yang menggantikan beliau sebagai iman saat
beliau sakit. Kemudian Umar pun meminta agar kaum muslimin untuk membaiat Abu Bakar
sebagai pemimpin umat Islam. Saat itulah kaum muslimin membaiat Abu Bakar.
Kemudian Abu Bakar pun ganti berpidato di hadapan seluruh kaum muslimin saat
itu. Dan bersatulah seluruh umat Islam dalam kepemimpinan Abu Bakar RA.
C. SYUBHAT SEPUTAR BAIAT ABU BAKAR
ASH SHIDDIQ.
Dalam baiat Abu Bakar
sebagai khalifah terdapat beberapa hal yang sering menjadi perdebatan,
diantanya adalah:
1. Sikap Saad bin Ubadah Terhadap
Baiat Abu Bakar.
Saad bin Ubadah telah membaiat
Abu Bakar di Saaqifah Bani Sa’idah dan tidak pernah ada satu riwayat pun yang
shahih mengenai adanya perselisihan selepas baiat Abu Bakar. Tidak pernah ada
perpecahan di kalangan umat Islam dalam hal ini.
Beberapa buku sejarah ada yang
mengisahkan bahwa Saad bin Ubadah menentang kaum Muhajirin dalam masalah
khilafah dan menginginkan dirinya menjadi khalifah, namun ini tidaklah ada
dasarnya sama sekali. Jika kita mengetahui siapa sebenarnya Saad
bin Ubadah dan perjalannya bersama Rasulullah. Akan kita dapati dirinya adalah
termasuk orang-orang pilihan yang tidak pernah menjadikan dunia sebagai
tujuannya. Dia termasuk dalam orang yang mengikuti Baiat
‘Aqabah II dan merupakan tentara perang badar yang mana telah diketahui bersama
bagaiman kedudukan tentara badar dalam Islam. Maka jelaslah bagaimana pengorbanan
dan perjuangan Saad bin Ubadah dalm Islam. Maka tidaklah mungkin baginya untuk
menjadi orang yagn justru menyulut ashobiah jahiliyah ke dalam masyarakat Anshar.
Telah jelas riwayat yang
menyatakan bahwa Saad telah membaiat Abu Bakar dalam pertemuan di saqîfah
Bani Sa’idah. Dimana ketika Abu bakar berpidato dengan menunjukan besarnya
kedudukan kaum Anshar dalam Islam melalui hadits-hadits nabi, lalu Abu Bakar
pun menyampaikan sebuah hadits kepada Saad.
ولقد علمت يا سعد أنّ رسول الله صلّى الله عليه وسلّم قال وأنت قاعد : ]قريش ولاة هذا الامر , فبرّ النّاس تبع لبرّهم وفاجرهم تبع لفاجرهم[ قال سعد : صدقت نحن الوزراء وأنتم الأمراء , فتتابع القوم على البيعة وبايـــع سعد
“Dan
engkau telah mengetahuinya wahai Saad, bahea Rasulullah pernah bersabda dimana
engkau dalam keadaan duduk: “Kaum Quraisy lah yang berhak dalam perkara ini,
dan baiknya umat manusia mengikuti pada baiknya mereka dan keburukan manusia
mengikuti keburukan mereka.” Saad pun berkata: “Engkau Benar, kami adalah
mentri dan kalianlah peminpin.” Maka mereka pun berbaiat dan saad pun
berbaiat.”[9]
Dan
dengan ini jelaslah mengenai sikap Saad dalam pembaiatan Abu Bakar
sebagai khalifah. Dan dengan begitu jelaslah bahwa kaum Anshar telah bersepakat
(baca; ijmak) dalam pengangkatan Abu Bakar.
2. Sikap Ali dan Zubeir Terhadap
Baiat Abu Bakar
Muncul banyak cerita terutama
dari kalangan Syiah, bahwa Ali dan Zubeir terlambat dalam membaiat Abu
Bakar. Dan jelas semua ini tidaklah benar adanya. Adapun riwayat yang benar
akan hal ini adalah dari Ibnu Abbas RA. bahwa Ali dan Zubeir bersama beberapa
orang lainnya berada di rumah Fatimah RA. dimana beberapa orang dari kaum Muhajirin
ini tengah sibuk mengurusi jenazah Rasulullah Saw. terutama Ali bin Abi Thalib
RA. mulai dari memandikan dan mengkafani jenazah beliau.
Adapun
mengenai waktu baiat Ali dan Zubeir terhadap Abu Bakar. Keduanya membaiat Abu
Bakar paha hari baiat ‘ammah bersama dengan kaum muslimin yang lain. Dalam
hadits yang diriwayatkan oleh Abu Sa’id Alkhudri beliau menceritakan bahwa pada
saat baiat ammah, Abu Bakar tidak melihat Zubeir maka belaiu meminta untuk
dipanggilkan Zubeir. Dan didatangkanlah Zubeir yang kemudian membaiat Abu
Bakar. Begitu pula dengan Ali bin Abi Thalib RA.[10]
D. HIKMAH DAN KESIMPULAN.
Setelah membahas permaslahan
baiat umat Islam terhadap khalifah pertama umat Islam yaitu Abu Bakar Ash
Shiddiq, kita bisa menyimpulkan bahwa dalam pembaiatan ini –berdasarkan riwayat
yang shahih– tidaklah ada perselisihan ataupun perpecahan dalam diri Umat Islam,
baik Anshar maupun Muhajirin. Baiat tersebut telah menjadi ijmak kaum muslimin
secara menyeluruh tanpa ada yang menginggatinya.
Adpun pelajaran yang dapat
diambil dari peristiwa pengangkatan Abu Bakar sebagai
Khalifah diantaranya:
1. Kepiawaian Abu Bakar dalam
Menyampaikan Kebenaran.
Setelah Rasulullah wafat, umat Islam berada di ambang
pintu perpecahan. Abu Bakar yang saat itu berada dalam pihak yang benar, ketika
melihat kondisi yang cukup tegang, beliau berhasil menarik hati kaum Anshar dan
mengawali pidatonya dengan melunakkan hati Anshar dan menengakan keadaan.
Barulah setelah itu ia menyampaikan kebenaran akan hadits tentang siapa yang
berhak dalam urusan kekhalifahan ini.
Kita semua tentu meyakini bahwa kita berada dalam jalan
yang benar. Namun dalam dakwah, Abu Bakar telah memberikan contohnya, bahwa
kebenaran haruslah disampaikan dengan cara yang benar sehingga tidak malah
menimbulkan perpecahan yang justru merugikan. Begitulah kebenaran yang
disampaikan dengan jalan yang tidak benar akan sulit untuk membuahkan kebaikan.
2. Zuhudnya Umar dan Abu Bakar dalam
Masalah Khilafah dan Pentinggnya Menjaga Persatuan.
Sebgaimana telah dikisahkan di atas mengenai pidato Abu
Bakar di Saqîfah Bani Sa’idah, yang kemudian belaiu mengajukan Umar
dan Abu Ubaidah. Umar pun menolak dan kemudian
dibaiatlah Abu Bakar sebagai khalifah. Di sini kita bisa saksikan kezuhudan
Umar dalam masalah ini. Adapun Abu
Bakar, beliau setelah dibaiat menajdi khalifah sering kali dalam pidatonya
mengatakan bahwa dirinya tidak pernah berharap menjadi seperti itu. Dan ia
telah mengjukan Umar dan Abu Ubaidah untuk menjadi khalifah. Beliau juga sering
mengisyaratkan keberatannya dalam hal ini. sampai saking seringnya akhirnya
beliau diminta untuk tidak lagi menyampaikan hal tersebut.
Dalam peristiwa ini juga bisa kita saksikan keinginan
kaum muslimin untuk menjaga persatuan. Dimana setelah Abu Bakar dibaiat menajdi
khalifah, tidak ada seorangpun yang menolaknya dan serta merta seluruh uamt Islam
mengikuti baiat ini. sehingga tidak menimpulkan perselisihan dan perpecahan di
kalangan umat Islam.
Demikianlah
beberapa hikmah dan pelajaran yang bisa kita ambil dari pengangkatan Abu Bakar
sebagai khalifah pertama kaum muslimin. dan tentunya masih banyak hikmah dan
pelajaran lainnya yang terus bisa digali dan di ambil. Semoga makalah singkat
ini mampu sedikit memberikan semangat bagi kita untuk mempelajari sejarah umat
Islam khususnya generasi terbaik Islam. Karena Islam tidak akan pernah bisa
maju kecuali dengan apa yang telah menjadikannya maju. Sunnatullah akan terus
terulang, dan dengan mempelajari kemajuan Islam kita akan mampu mengetahui
sunnatullah yang dengannya mampu mengembalikan kejayaan Islam. Wallahu a’lam
[1] Dr. Ali Muhammad Shalaby, Sîrah abi Bakr
al-Shiddiq, 2003, Daru’l Fajr li al-Trurats, Kairo, hal 26
[2]
Orang yang paling tahu mengenai urutan nasab seseorang.
[4]
Imam Asy Syuyuthi, Târîkh Khulafâ’, hal 52
[5]
Q.S. Al An’am [6]:162-163
[6]
Dr. Ali Muhammad Shalby, op.cit, hal 35. Dinukil dari Sirah Nabawiyah
Ibnu Katsir Juz I, hal 439-441
[8]
Dua orang di sini adalah ‘Awaim bin Saidah dan Muin bin Adi RA.
[9]
Dr. Ali Muhammad Shalby, op.cit, hal 126. Menukil
dari Musnad Imam Ahmad no. 18, Shahih lighairihi
[10]
Selengkapnya lihat al-Bidayah wa
al-Nihayah, Juz 5, hal 249.
Tidak ada komentar: