Slider

video

Tarikh Khulafa

Ekspansi Militer

Khalifah

Event

Sejarah

Gallery

» » » Pengangkatan Khalifah Utsman bin Affan ( bagian 1 )


Ilustrasi


Oleh: Fahmi Idris

I. Mukaddimah

Puji syukur alhamdulillah atas limpahan karunia dan rahmat-Nya. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah Saw. keluarganya, sahabatnya, serta para pejuang dan pelangsung risalahnya hingga akhir zaman.

Pemimpin merupakan sesuatu yang asasi dalam setiap kerja atau kelompok. Dari sesuatu yang paling kecil pun selalu memerlukan seorang pemimpin. Lalu bagaimana halnya dengan umat Islam di masa khulafa’ ar-rasyidin yang meliputi seluruh jazirah Arab? Tentu keberadaan seorang khalifah tidak bisa ditawar.

Penunjukan Utsman bin Affan sebagai pengganti khalifah tidak terjadi di masa Umar. Namun Umar Ra. dan tidak juga meninggalkan umat tanpa arahan, maupun petunjuk mengenai siapa yang menjadi khalifah setelahnya. Melaui wasiat yang ia sampaikan menjelang ajalnya, Umar telah menhadirkan satu wacana baru dalam pemilihan seorang khalifah yang belum pernah didapati di masa Abu Bakar, apalagi di masa Rasulullah Saw.

Di masa rasulullah beliau sama sekali tidak menunjuk ataupun menyinggung akan kepemimpinan umat Islam. namun, berkat taufiq dan rahmat Allah umat Islam bisa tetap bersatu memilih Abu Bakar sebagai khalifah.

Di masa Abu Bakar, saat beliau merasakan dekatnya kematian dalam sakitnya. Beliau mengajukan penggantinya yaitu Umar keada para penasehat dan para shahabat besar. Dan setelah mendapat dukungan dari keseluruhan pihak beliau pun mengumumkan Umar sebagai penggantinya.Lalu bagaimanakah metode Umar dalam pemillihan Khalifah ini? Dalam makalah kali ini penulis akan membahas proses terpilihnya Utsman bin Affan Ra.sebagai khalifah ke III. Bagaimanakah wasiat Umar Al-Faruq dalam mengajukan penggantinya? Di sini penulis juga akan menguraikan kerja keras Abdurrahman bin Auf dalam mengeksekusi wasiat sang khalifah. Dan tak lupa penulis hadirkan tuduhan-tuduhan palsu kaum syiah beserta bantahannya dalam peristiwa ini.
II. Pembahasan

Ditikamnya Khalifah Umar telah mengejutkan kaum muslimin. Khalifah yang merupakan puncak kepemimpinan umat Islam terancam jiwanya. umat Islam pun terancam kehilangan komando. Kekacauan dan perselisihan mengancam persatuan umat. Musuh-musuh pun siap mengarahkan serangan, jika sang komandan meninggalkan pasukan tanpa arahan.

Namun, sang khalifah pun tak kehilangan akal. Meski perut telah robek bersimpah darah akibat tikaman berulang dari belati beracun Abu Lu’lu’ah, beliau tetap memikirkan keadaan umat Islam. Al-Faruq yang tengah menghadapi ajal, masih sempat mewasiatkan perintahnya demi menjaga keutuhan umat.

1. Fikih Umar dalam Pemillihan Khalifah.

Wasiat Umar dalam masa kritisnya menjadi acuan umat Islam dalam pemilihan khalifah berikutnya. Dalam wasiat tersebut Umar Ra. telah menetapkan berbagai poin yang sangat lengkap dalam proses pemilihan seorang khalifah. Dr. Ali Muhammad Shalaby bahkan menyebut wasiat Umar dalam pemilihan Khalifah ini sebagai ‘Fikih Umary’. Adapun poin poin wasiat Umar dalam metode pemilihan khalifah sepeninggal beliau adalah sebagai berikut:
  1. Jumlah Dewan Syura
Umar Ra. menetapkan perkara pengangkatan khalifah di bawah Dewan Syura yang beranggotakan enam orang sahabat terbaik yang akan memilih khalifah diantara mereka. Keenam sahabat ini adalah: Utsman bin Affan Ra., Ali bin Abi Thalib ra., Thalhah bin ‘Ubaidillah Ra., Az-Zubair bin Awwam Ra., Saad bin Abi Waqqash Ra., dan Abdurrahman bin Auf Ra.. Keenam orang ini termasuk ke dalam 10 orang yang akan langsung masuk surga. Sebagaimana disebutkan dalam hadits nabi Saw.

عن عبد الرحمن بن عوف أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: أبو بكر في الجنة, وعمر في الجنة, وعثمان في الجنة, وعلي في الجنة, وطلحة في الجنة, والزبير في الجنة, وعبد الرحمن بن عوف في الجنة, وسعد بن أبي وقاص في الجنة, وسعيد بن زيد في الجنة, وأبو عبيدة بن الجراح في الجنة. رواه الترمذي وصححه الألباني.1

وفي رواية عن أبي داود وغيره عن سَعِيدُ بْنُ زَيْدٍ قَالَ: أشْهَدُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنِّي سَمِعْتُهُ وَهُوَ يَقُولُ: عَشْرَةٌ فِي الْجَنَّةِ: النَّبِيُّ فِي الْجَنَّةِ، وَأَبُو بَكْرٍ فِي الْجَنَّةِ، وَعُمَرُ فِي الْجَنَّةِ، وَعُثْمَانُ فِي الْجَنَّةِ، وَعَلِيٌّ فِي الْجَنَّةِ، وَطَلْحَةُ فِي الْجَنَّةِ، وَالزُّبَيْرُ بْنُ الْعَوَّامِ فِي الْجَنَّةِ، وَسَعْدُ بْنُ مَالِكٍ فِي الْجَنَّةِ، وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ فِي الْجَنَّةِ، وَلَوْ شِئْتُ لَسَمَّيْتُ الْعَاشِرَ, قَالَ: فَقَالُوا: مَنْ هُوَ؟ فَسَكَتَ, قَالَ: فَقَالُوا: مَنْ هُوَ؟ فَقَالَ: هُوَ سَعِيدُ بْنُ زَيْدٍ. صححه الألباني.

Umar Ra. Tidak memasukkan Said bin Zaid bin Amr bin Nufail Ra. meski termasuk dalam 10 orang yang langsung masuk surga. Hal ini karena Said berasal dari kabilahnya yaitu Bani Adiy dan Umar memang terkenal selalu berupaya menjauhkan kerabatnya dari perkara imarah.
  1. Cara Pemilihan Khalifah
Umar memerintahkan mereka berenam untuk bermusyawarah di salah satu rumah dan menentukan khalifah. Beliau menjadikan putranya Abdullah bin Umar Ra. sebagai penasihat dalam musyawaarah namun tidak berhak untuk dipilih.

Dalam jeda waktu musyawarah ini sampai dibaiatnya khalifah yang baru, Umar Ra. menunjuk Shuhaib Ar-Rumy sebagai Imam shalat sementara yang akan memimpin shalat berjamaah. Bahkan Shuhaib lah yang menjadi imam ketika menshalatkan jenazah Umar Ra.

Umar Ra. juga menunjuk Miqdad bin Aswad dan Abu Thalhah al-Anshary untuk menjaga dan mengawasi jalannya pemilihan khalifah ini.
  1. Jangka Waktu Pemilihan dan Musyaawrah.
Al-Faruq membatasi jangka waktu musyawarah keenam calon khalifah atau Dewan Syura selama 3 hari. Ini meruapakan waktu yang dipandang cukup untuk menentukan khalifah, karena perselisihan akan semakin meluas dan membesar jika jangka waktu ini semakin lama. Maka dari itu Umar Ra. mengatakan: “Tidak datang hari keempat kecuali kalian harus sudah mempunyai pemimpin.”
  1. Jumlah Suara Minimal dalam Penentuan Khalifah.
Umar mengatakan kepada Shuhaib: “Shalatkah (imamilah) dengan umat manusia selama 3 hari dan isolasilah mereka berenam di dalam satu rumah. Jika mereka telah bersepakat pada satu orang, maka siapa pun yang menentangnya maka penggallah kepalanya.”2

Di sini Umar Ra. memrintahkan untuk membunuh siapa yang hendak menentang Dewan Syura dan memecah belah umat Islam. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah Saw.


Adapun riwayat mengenai perintah Umar apabila 5 orang telah sepakat dan 1 orang menolak untuk memenggal 1 orang ini, dan apabila 4 orang telah sepakat pada 1 orang dan 2 orang meolak maka untuk memenggal 2 orang ini, riwayat ini datang dari jalur yang tidak shohih sanadnya dan bertentangan dengan nash yang shohih sebagaimana diketahui dalam sirah sahabat.
  1. Mengatasi Perselisihan yang Muncul dalam Musyawarah.
Umar Ra telah mengntisipasi jika terjadi kebuntuan atau deadlock dalam musyawarah ini. Beliaupun memasukkan Abdullah bin Umar Ra. sebagai anggota Dewan Syura namun bukan menjadi calon khalifah. Ia bertugas menengahi apabila terjadi perselisihan, dimana Umar telah berwasiat jika 3 orang telah memilih satu orang dan 3 orang lainnya juga telah memilih satu orang, maka Abdullah yang akan memutuskan siapa diantara 2 kelompok ini yang berhak dipilih. Dan jika mereka masih belum rela, maka hendaklah mengikuti pendapat Abdurrahman bin Auf.
  1. Pembentukan Pasukan untuk Mengamankan Pemilihan dan Mencegah Terjadinya Keributan.
Umar meminta Abu Thalhah Al-Anshary seraya berkata padanya: “Wahai Abu Thalhah, sesungguhnya Allah SWT telah memuliakan Islam denganmu, maka pilih 50 orang dari kaum Anshar kemudian desaklah mereka hingga memilih seoarng diantara mereka.”

Beliau juga berkata kepada Miqdad: “Tatkala engkau telah memasukkanku ke liang lahat, maka kumpulkanlah mereka dalam satu rumah hingga mereka memilih salah seorang diantara mereka.”
  1. Bolehnya mengangkat pemimpin bukan dari orang yang paling utama.
Diantara faedah kisah syura ini adalah bolehnya memilih orang yang tidak lebih utama. Faedah Ini bisa diambil dari penunjukkan Umar kepada 6 orang sahabat sebagai calon formatur kalifah dimana mereka tidak semua sama, namun satu sama berbeda tingkat keutamaannya.

Dan ini juga bisa diambil dari perjalanan kepemimpinan Umar bin khattab Ra. dimana dalam memilih pimppinan wilayah, beliau tidak hanya mempertimbangkan keutamaan agamanya, namun juga kelebihan mereka dalam urusan politik selama tidak menyelisihi syariat.
  1. Pengabungan Metode Umar Ra. antara Penunjukan Khallifah dan Tidaknya.
Umar Ra. menggabungkan antara penunjukkan khalifah sebagaimana dilakukan oleh Abu bakar saat hendak meniggal dengan tidak meilih pengganti sebagaimana Rasulullah yang meniggal tanpa menunjuk siapa penggantinya nanti. Maka disini Umar menetapkan 6 orang calon untuk bermusyawarah menentukan khalifah pengganti beliau.
  1. Musyawarah bukan hanya untuk enam orang.
Penetapan jangka waktu 3 hari oleh Umar mengindikasikan bahwasanya musyawarah tidak hanya sebatas untuk 6 orang tadi saja. Namun juga dengan mempertimbangkan pendapat para sahabat dan manyarakat madinah. Dalam jangka waktu 3 hari, Umar memberikan waktu yang cukup bagi umat agar tidak terburu-buru dan juga tidak terlalu mengulur waktu. 3 hari mampu memberikan kesempatan untuk mendengarkan pendapat, diskusi dari para sahabat besar mengenai pemilihan khalifah.

Sebagaimana diketahui bersama bahwa kota Madinah yang merupakan pusat kekhalifahan Islam masih dipenuhi oleh para sahabat nabi hingga tahun ke 33 H. selain itu pula, Umar juga melarang para sahabat untuk hijrah dan mengajak para sahabat tetap tinggal di Madinah untuk membantu beliau.
  1. Dewan Syuro Merupakan Lembaga Tertinggi dalam Perpolitikan

Umar bin khattab telah menyerahkan sepenuhnya perkara pemilihan khalifah kepada dewan Syura yang telah ia bentuk. Dan perlu untuk menjadi catatan bahwasannya tidak ada seorangpun dari anggota dewan syura ini yang menolak ataupun mengkritisi pembentukan dan penyerahan tugas ini, sebagimana fakta sejarah yang telah kita dapati bersama. Selain dari itu, kita tidaklah dapati adanya saran lain dalam perkara pemilihan khalifah ganti Umar Ra. Atau pun pihak yang menolak keputusan Umar ini, baik ketika masa-mas terakhir beliau, ataupun ketika beliau telah meninggal dan dimakamkan. Seluruh sahabat –yang merupakan orang-orang yang paling paham akan hukum dan syariat– sepakat dalam pelaksanaan keputusan Umar (baca: fikih Umar) ini tanpa ada gejolak ataupun protes.

Dewan Syura ini merupakan satu bentuk lembaga baru dalam pemerintahan Islam yang dimunculkan oleh kecerdasan Umar bin Khattab Ra. Dengan tetap berpegang kepada dasar-dasar syariat yang telah Islam tetapkan, Umar membentuk satu lembaga yang berdasarkan kepada syura. Meski begitu beliau tetap sadar bahwa hasilnya akan tetap berdasarkan baiat umat Islam kepada dia yang terpilih.

Demikianlah salah satu bentuk kepiawaian Umar yang telah dicatatkan dalam sejarah Islam. Kecerdikan Umar ini bahkan telah muncul semenjak pada masa kenabian. Semenjak pertama kali ia masuk Islam ia mengajak dan menguatkan hati sang Rasul untuk teranng-terangan dalam berdakwah. Pada masa kenabian pun, bisa kita saksikan betapa banyak ayat yang turun menjadi pembenar atas pendapat Umar Ra. Hingga akhir hayatnya yang tentu merupakan masa tersulit setelah ditikam pisau beracum Abu Lu’lu’ah, beliau tetap memunculkan kepiawaian dan kecerdasannya. Belaiu menciptakan lembaga syura dalam penentuan khalifah, yang belum pernah dilakukan pendahullunya. Dan tidak diragukan lagi, syura merupakan dasar yang telah ditetapkan oleh al-Quran, Sunnah, yang Rasul Saw pun melakukannya begitu pula Abu bakar, dan Umar pada masanya. Namun yang dilakukan Umar dengan penetapan metode pemilihan, pembatasan jumlah, dan lain sebagainya, ini belumlah pernah dilakukan oleh pendahulunya. Dan benarlah, metode yang diciptakannya ini terbukti sesuai dengan situasi dan kondisi para sahabat kala itu.

___________________________________________

1 HR. Tirmidzi no. 3680
2 Diriwayatkan oleh Ibnu Saad dalam Al-Thabaqȃt.
3 HR. Muslim no. 1480 

«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

2 comments: