Slider

video

Tarikh Khulafa

Ekspansi Militer

Khalifah

Event

Sejarah

Gallery

» » » EKSISTENSI AL-AZHAR AS-SYARIF


Sepanjang sejarah beberapa madrasah telah berperan besar dalam menyebarkan dakwah islam. Sebut saja Masjid Al Azhar di Kairo Mesir, Masjid Al Zaitun di Tunisia, Madrasah Utsmaniyah di Tripoli, Masjid Qarawain di Maroko , Masjid Umawy di Damaskus, Masjid Al Fatih di Istanbul, Berbagai madrasah ilmiah di Hadramaut Shan`a Yaman, dan berbagai madrasah yang tersebar di timur dan barat belahan bumi lainnya yang cendrung memiliki manhaj yang sama.

Dan sampai saat ini Al Azhar merupakan salah satu di antara sekian madrasah besar dunia dan masih eksis dengn manhajnya yang masih orisinil. Inilah di antara keistimewaan yang di kemukakan oleh Syaikh Usamah Sayyid Mahmud Al Azhari beliau menemukan beberapa keistimewaan pembelajaran di Al Azhar, sebagai berikut:

1. Adanya ketersambungan sanad serta perhatian terhadap dirayah (penguasaan) dan tazkiyah (rekomendasi).

Diantara keistimewaan manhaj Al Azhar adalah ilmu dan wawasannya diwariskan secara naqal (transfer ilmu) yang bersambungan sanad. Setiap generasi mempelajari dari generasi sebelumnya dengan sanad yang bersambungan dan pemahaman yang berkesinambungan. Tidak ada seorangpun para penuntut ilmu di Al Azhar yang mengajar kecuali setelah melalui proses talaqqi ( belajar langsung) dan suhbah (bergaul) dengan para ulama dalam rentang waktu yang lama, sampai mereka diberikan izin dan diberikan ijazah (legalitas) untuk meriwayatkan, mendidik, menulis dan mengajarkan ilmu.

Apabila Anda bertanya kepada salah seorang diantara mereka tentang para guru mereka, Ia akan menyebutkan beberapa orang diantara guru-guru mereka. Dan apabila anda bertanya, "berapa lama anda bergaul dengan seorang guru anda atau para guru anda?" Ia akan menyebutkan kepada anda bahwa Ia telah bergaul dengan guru mereka selama rentang waktu yang panjang, sehingga mereka memahami dan menguasai dengan baik dari mereka (para guru dan masyayekh) manhaj ( metodologi ) pemahaman dan pengantar-pengantar keilmuan.

Beda halnya dengan manhaj-manhaj lainnya, akan didapati bahwa manhaj mereka terputus dan tidak berkesinambungan. Akan ditemukan bahwa diantara mereka sudah mulai mengajarkan ilmu tanpa bergaul bersama ulama. Apabila anda tanya salah seorang diantara mereka, "berapa lama anda bergaul dengan guru anda?" Ia akan menyebutkan kepada anda bahwa Ia telah bertemu dengan gurunya sekali atau bergaul dengannya beberapa jam saja. Bagaimana mungkin Ia akan memperoleh ilmu dan bagaimana mungkin bisa diyakini pemahamannya?.

2. Mementingkan penguasaan terhadap ilmu alat.

Manhaj ini merupakan manhaj yang sangat memperhatikan pendidikan anak-anaknya dengan pendidikan yang komprehensif dan matang serta mendalami ilmu-ilmu alat, seperti: nahwu, shorof, isytiqaq, balaghah dengan segala cabangnya, ushul fiqh, ilmu Hadits, dan ilmu-ilmu lain yang membantu seorang pelajar dan menopangnya untuk membangun keahlian yang mengantarkannya  memiliki kapabalitas untuk menceburkan diri dalam pemahaman al qur`an dan as sunnah dengan dukungan ilmu pengetahuan, penguasaan ilmu yang baik, dan ketajamanan ilmu. Mereka mendalami semua ilmu tersebut dengan berpedoman kepada manhaj mu`tamad (metodologi yang bisa diyakini keafsahanya), yang mengantarkan seorang pelajar dari pertama kali mengenal ilmu sampai kepada pendalaman inti-inti ilmu.

Seolah-olah keistimewaan pertama yaitu menyertai ulama dalam waktu yang panjang melahirkan keistimewaan kedua. Dari pergaulan yang lama dengan para ulama membuahkan talaqqi berbagai ilmu dan transfer pemahaman.

3. Penguasaan yang matang terhadap maqashid syariah ( tujuan pensyari’atan ).

Dari pergaulan panjang bersama para ulama dan penguasaan ilmu alat, menyebabkan terbukanya pemahaman yang komprehensif terhadap maqashid syariah . Dan memunculkan pemahaman bahwa agama Allah datang bertujuan untuk; mewujudkan fungsi beribadah kepada Allah, mensucikan dan membersihkan jiwa, membangun jagad raya, menyampaikan hidayah kepada seluruh umat, menjadi pewaris para Nabi, membangun karakter manusia yang robbani dan memiliki keshalihan pribadi, memprioritaskan pencapaian kehidupan akhirat, meraih akhlaq yang mulia, membangun peradaban, dan menjadi pelaku kebangkitan, sehingga umat Nabi muhammad Saw menjadi rohmatallil ‘alamin, sebagaimana rasulullah saw menjadi rasul rahmatan lil ‘alamin.

Ketika seorang penuntut ilmu meraih ilmu maqashid, maka pemahamannya terhadap agama islam akan menjadi luas dan pengkajiannya terhadap pemahaman furu` (cabang-cabang ilmu ) fiqh dan berbagai masalah masalah parsial akan semakin cemerlang. Pemahaman ini juga akan mengeluarkan pelajar dari  karakter yang kaku dan bengis. Mereka akan mengajarkan orang orang bodoh dan orang-orang yang memiliki pemahaman berseberangan dengan cara yang lemah lembut serta berakhlaq dengan akhlaq Nabi Saw yang agung.
Sedangkan manhaj manhaj lainnya, mereka tidak mengetahui maqashid syariah, tidak menguasainya, tidak didapati di dalam pembicaraan mereka adanya maqashid syariah, tidak ditemukan di dalam pemahaman dan tidak di dapati prakteknya di dalam  manhaj mereka.

4. Memposisikan Al Qur`an secara proporsional.

Sebagai buah dari kebersamaan dengan para ulama dalam waktu yang panjang, penguasaan ilmu alat, dan pemahaman yang komprehensif terhadap maqashid syariah berdampak yang sangat luar biasa, yaitu kapabalitas pemilik manhaj tersebut dalam `membaca` Al Qur`an. Ia mampu memposisikan ayat-ayatnya yang mulia sesuai dengan porsinya. Ia tidak menempatkan ayat-ayat yang turun berkenaan dengan orang kafir terhadap orang-orang mukmin dan tidak menempatkan ayat-ayat yang turun berkenaan dengan orang mukmin terhadap orang-orang kafir. Ia tidak mengfungsikan ayat-ayat yang turun bersifat umum terhadap perkara khusus. Atau sebaliknya, Ia tidak mengfungsikan ayat yang bersifat khusus terhadap perkara yang bersifat umum. Sungguh Ia memiliki pemahaman yang baik terhadap al qur`an dan tepat dalam penempatan ayat-ayat Al Qur`an sesuai dengan realita tanpa kerancuan dan syubhat.

Beda halnya dengan beberapa manhaj lainnya, mereka sangat berani menceburkan diri dalam pemahaman Al Qur`an tanpa dibekali oleh sedikitpun ketajaman ilmu, yang berdampak terhadap pemahaman yang penuh dengan cacat.

5. Sangat memuliakan kedudukan umat Nabi Muhammad SAW.

Dari semua keistimewaan yang telah disebutkan sebelumnya, muncul pemahaman yang matang dari seorang penuntut ilmu terhadap keagungan umat nabi muhammad SAW, yang merupakan wadah islam ia memahami umat nabi muhammad SAW. adalah umat yang berilmu, memiliki hidayah, umat yang dirahmati, umat pewaris para nabi, umat penyampai dakwah dari Allah SWT, dan umat yang diberikan amanat dengan syariat yang mulia, umat yang berfungsi diantara sekalian umat untuk membawa hidayah dan menyampaikan syariat kepada seluruh umat. Dipahami juga bahwa umat nabi muhammad semestinya berperan dalam membangun peradaban dunia dengan peran yang signifikan, berpandangan tajam, yang berfungsi menunjuki umat menuju Allah dengan ilmu, adab, etika, dan tashowwurnya di dalam seluruh medan ilmu yang sangat variatif dan ilmu ilmu lainnya.

Ketika seseorang memahami dengan seksama hal hal tersebut di atas, Ia akan mengagungkan umat nabi muhammad SAW dan ia tidak akan pernah berlaku sembrono kepada mereka, dengan menuduh fasiq, bid`ah, ahlunnar dll dan tidak akan menebar kebencian serta tidak pula menebar kedengkian terhadap umat islam.

Begitulah manhaj Al Azhar As Syarif sebagaimana yang telah diketahui oleh masyarakat luas dan dipahami dengan baik oleh para pelajar asing dari berbagai penjuru dan pelosok negeri. Tidak ditemukan dari mereka dakwah yang imitasi atau klaim fasiq, akan tetapi mereka justru menebar ilmu dan hidayah, subhanallah.

6. Menyandang tanggung jawab hidayah secara umum (umat secara keseluruhan).

Apabila seorang pelajar sudah menguasai keistimewaan-keistimewaan sebelumnya dengan matang, maka mereka akan mampu berkomunikasi dengan orang lain dengan tampilan terbaik dalam pandangan syariat dan mempraktekkan yang paling paripurna diantara kewajiban-kewajiban yang ada merupakan manhaj nabi SAW. yang mulia dipenuhi oleh sikap aktif untuk membawa seluruh makhluk menuju hidayah dan menyampaikan hidayah kepada seluruh manusia dengan perjuangan maksimal, yang dibarengi rasa kasih dan sayang kepada makhluk. Dan diantara ciri-ciri manhaj Al Azhar yang paling nampak menonjol adalah penanaman di dalam jiwa para peserta didiknya terhadap makna-makna agung seperti disebutkan.

Beda halnya dengan manhaj-manhaj lainnya, yang dalam komunikasi mereka tidak memperhatikan sedikitpun hak-hak umat yang mesti kita tunaikan.

 7. Memadukan pilar-pilar yang sempurna dalam penguasaan ilmu.

Manhaj Al Azhar sejak dulu kala telah eksis sepanjang masa dalam membina anak-anaknya untuk memahami bahwa ilmu itu terdiri dari tiga komponen utama: pertama, sumber istidalal adalah al qur’an, as sunnah , ijma` dan qiyas. Kedua, manhaj yang terpercaya dan tertata dengan sistematis dalam pemahaman tekstual syariat dan cara menganalisa serta metode menelurkan makna-maknanya. Ketiga, karakteristik, kemampuan, dan kepakaran yang dimiliki oleh seseorang yang menekuni ilmu, mendalaminya dan menjadi pakar spesialisasi di dalam ilmu ilmu syariat. Karena masdar saja tidak akan menghasilkan ilmu dan mendatangkan hidayah, sehingga didukung oleh metodologi yang matang dan terpercaya dalam pemahaman seorang yang memiliki keahlian, ketika Ia menekuni sebuah ilmu.

Sedangkan manhaj lainnya, telah mencabik-cabik ilmu dan menjadikannya lumpuh. Sehingganya seseorang tidak akan mengenali ilmu kecuali mengetahui dalil tanpa memahami korelasi yang ditunjukkan oleh dalil! Manhaj itu juga tidak memahami metode mengumpulkan berbagai dalil yang ada di dalam satu masalah tertentu, kemudian metode menyelaraskan, menyusun, memahami, menganalisa dengan memperhatikan keadaan orang yang memahaminya, dan memastikan bahwa kemampuan, bakat dan kapabalitasnya buntu terhadap semua itu.

Idealnya, pilar-pilar ilmu yang paripurna adalah ketika seseorang mampu menggabungkan antara ilmu ilmu tekstual syariat (naqal) dengan ilmu-ilmu logika (aqal), sehingga Ia mampu melihat segala sesuatu dengan kedua mata kepalanya sendiri. Dan Ia mampu untuk mengkompromikan dan memahami dengan komprehensif serta mendalami corak keilmuan yang membentuk paradigma dunia, sehingganya Ia bisa untuk menyampaikan rambu-rambu agama ini kepada seluruh dunia.

8. Berpegang teguh dan memberdayakan turats (warisan ulama), merintis jalan bersamanya, konsisten dan continue berjalan dengannya serta membangun pemahaman di atas pemahamannya.

Diantara keistimewaan yang paling menonjol dari manhaj Al Azhar adalah bahwa manhaj Al Azhar sangat memprioritaskan terhadap penguasaan turats (warisan) umat dalam berbagai ilmu yang variatif dan memiliki hubungan yang sangat erat dengan turats tersebut.  Melalui turats manhaj Al Azhar dikenal keorisinilan dan nilainya yang beghitu mahal. Dengan turats, mereka mengetahui cara menfilter semua yang bermanfaat dan bernilai agung, mengetahui bagaimana cara membangun keilmuan di atasnya, dan bagaimana cara menyandarkan kepadanya.

Sangat beda halnya dengan berbagai manhaj lainnya yang membuat jurang dan jarak bahkan berani menyesatkan turats umat islam.

Testimoni tentang kelebihan universitas Al Azhar oleh putra Al Azhar dan alumnus asal Indonesia yaitu ustadz, Dr Ahmad Zain An Najah MA, “Universitas Al-Azhar lebih unggul dalam pengembangan ilmu syari’ah-nya, hal ini karena negara Mesir merupakan pusat peradaban dunia, dan kondisi negaranya sangat terbuka, sehingga sangat wajar jika terjadi kompetisi dan pertarungan pemikiran (ghazwul fikri). Mahasiswa di Al-Azhar dituntut untuk bisa menguasai ilmu syari’ah dan menjawab syubhat-syubhat yang dilontarkan oleh kaum sekuler dan liberal. Selain itu, buku-buku di Mesir sangat banyak dan murah-murah, dan mahasiswa yang belajar di Universitas Al-Azhar pun sangat plural dengan latar pemikiran yang berbeda antara satu dengan yang lainnya dan datang dari seluruh dunia tanpa ada saringan (seleksi) sama sekali. Oleh karenanya, mahasiswa di sana dituntut untuk bisa menghadapi semuanya, tentunya hal itu menuntut untuk banyak membaca dan mengembangkan ilmu yang di dapat dari kuliyah”.

Tulisan ini adalah intisari dari risalah "Al Ihya` Al Kabir Li Ma`alimil Manhajil Azharil Munir", yang ditulis oleh Syaikh Usamah Al Sayyid Mahmud Al Azhary, dosen fakultas ushuluddin di universitas Al Azhar Kairo Mesir dengan beberapa tambahan.


Kairo , 07 Januari 2013

«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
This is the last post.

Tidak ada komentar:

Leave a Reply